Info Delegasi
Pengadilan Tinggi
Logo Pengadilan Tinggi Agama Jambi

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Pengadilan Tinggi Agama Jambi

Jl. KH. Agus Salim, Kota Baru - Jambi

Telp. 0741-40131, Fax. 0741-445293, Email : ptajambi@yahoo.com

Logo Artikel

7317 OJO GUMUNAN

Ojo Gumunan

GEDUNG PTA OK

 

Dalam falsafah Jawa ada istilah, ojo gumunan (jangan mudah heran), ojo getunan (jangan mudah menyesal), ojo kagetan (jangan mudah terkejut), lan ojo aleman (jangan mudah kolokan). Falsafah ini memiliki makna yang dalam jika kita renungkan dan dihayati sehingga bisa menjadi warning dalam menjalani kehidupan. Pada tulisan ini kita hanya akan membicarakan dan memahami ojo gumunan (jangan mudah heran). Untuk memahami ini tidaklah mudah namun perlu perenungan mendalam.

Iklim globalisasi dan kemajuan teknologi yang masif ini menyebabkan banyak mengubah sistem nilai dan dan tatanan hidup keseharian, sehingga berakibat orang zaman kekinian, menjadi mudah heran, mudah takjub atau terpukau (gumunan). Oleh karena itu kita harus mampu membendung arus baru ini dengan perangkat sebaliknya. Falsafah ojo gumunan bisa menjadi suatu bekal kita dalam mengarungi kehidupan di dunia, yang mengharuskan menjalin hubungan sosial dan menghadapi masalah kehidupan.

Ojo gumunan (jangan mudah heran), memberikan pelajaran kepada kita bahwa jangan mudah terobsesi dengan sesuatu. Sesungguhnya obsesi membuat pikiran manusia terkungkung dengan suatu hal tertentu. Akibatnya, mudah menganggap sesuatu yang berbeda dengan persepsinya adalah hal yang salah dan keliru. Hal tersebut membuat kesempitan berpikir yang menghambat kita untuk berkembang dengan segala dinamika di alam raya. Oleh karenanya, ojo gumunan adalah sebuah ajaran untuk menyikapi peristiwa hidup dengan bijak, arif, jauh dari prasangka, mengambil sikap yang wajar sesuai dengan proporsinya, dan tidak berlebihan.

Mengapa orang tidak boleh mudah heran, karena orang yang mudah heran selain kepada sang Pencipta, Allah Sbhanahu wa Ta’ala itu bisa menghilangkan sifat agungnya Allah. Falsafah ojo gumunan tersebut merupakan suatu prinsip dan nilai hidup yang tepat untuk menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju dan kompleks.  

Jangan mudah heran atau takjub oleh kemajuan zaman. Kita diminta waspada terhadap tanda-tanda zaman, banyak hal-hal yang kelihatannya baik tetapi menjerumuskan dan sebaliknya. Segala sesuatu hendaknya ditimbang dengan hukum ketetapan Allah Swt.

Kita ini hanya manusia biasa, bukan malaikat, dan bukan pula Tuhan. Pengetahuan kita akan sesuatu terbatas, jadi jangan berlebih-lebihan. Karena akan menutup jalan kebaikan untuk kita. Karena apa yang kita lihat belum tentu nampak aslinya. Lebih baik hidup ini sak madyo (secukupnya, sewajarnya, dan sesuai fungsi kemanfaatannya). Dengan itu, kita akan lebih obyektif dalam memandang segala hal. Pun pribadi kita menjadi matang.

Panutan pribadi matang, tiada lain adalah Nabi Muhammad SAW, Imam Ghazali menerangkan, “kematangan kepribadian Nabi Muhammad terletak pada kecenderungannya untuk “sukar marah, tapi gampang memaafkan”. Cak Nun pernah mengatakan, “Sedangkan kita ini mungkin juga sukar marah, tapi belum tentu gampang memaafkan. Atau kita ini gampang marah, tapi juga gampang memaafkan. Atau ternyata kita adalah manusia yang paling rendah kadar kematangannya; gampang marah dan sukar memaafkan.” Kalau sudah begitu, kita akan menjadi manusia yang mudah heran (gumunan).

Wallahu a'lam bi showab

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa sohbihi ajma'in

 

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat pagi, salam sehat, solid, speed, smart

Jambi, 17 Desember 2025

 

 

Dr. Chazim Maksalina, M.H.

 

 

 


Pelayanan Prima, Putusan Berkualitas