Info Delegasi
Pengadilan Tinggi
Logo Pengadilan Tinggi Agama Jambi

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Pengadilan Tinggi Agama Jambi

Jl. KH. Agus Salim, Kota Baru - Jambi

Telp. 0741-40131, Fax. 0741-445293, Email : ptajambi@yahoo.com

Logo Artikel

7283 BERPIKIR POSITIF

Berpikir Positif

GEDUNG PTA OK

  

Hidup terus berjalan, show must go on roda aktivitas harus berjalan dan kita bergelut lagi dengan tugas pekerjaan sehari-hari. Sungguh relevan kita memulai dengan menyegarkan kembali kata-kata Imam Syafi'i r.a, sebagai berikut, "Siapa yang telah mengenal Allah swt, niscaya akan dapat mengangkat langit dan bumi dengan bulu mata-matanya, siapa yang tidak mengenal Allah swt, maka seandainya seekor nyamuk bergantung pada dirinya, niscaya ia akan ribut". Perkataan ini sangat dalam artinya, namun kita dapat mengambil hikmah jika kadar keimanan kita terhadap Allah swt tipis bahkan nyaris tak beriman, sesuatu yang sangat sepele jadi masalah besar bagi orang itu.

Oleh karena itu sangat penting memahami berpikir positif dalam Islam. Berpikir positif adalah berprasangka baik (husnudzan) kepada Allah, diri sendiri, dan sesama manusia.

Berfikir positif dalam islam sendiri, tercantum dalam Al-Quran “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarh: 216). Selain itu, Nabi Muhammad saw, juga menjelaskan bahwa, “Aku sesuai prasangka hamba-Ku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku.” (HR.Muslim). Dari ayat dan hadits tersebut kita mengetahui bahwa husnudzan dapat membentuk keimanan yang kokoh, meningkatkan kualitas hidup, dan mempererat hubungan sosial.

Berpikir positif ( positive thinking ) dalam Islam, yang paling penting adalah menyandarkan segala sesuatu mutlak hanya kepada Allah swt semata. Tidak menggantungkan keinginan dan aktivitas kita kepada selainNya (makhluk). Sebagaimana Nabi saw menyampaikan " ana 'inda dzanni 'abdi " Aku menyesuaikan persangkaan hamba-Ku pada-Ku. Sebagai manusia apalagi menyandang sifat lemah, maka sangat diharamkan berprasangka buruk kepada Allah swt.

Termasuk berprasangka baik kepada Allah adalah meyakini takdir Allah yang baik dan takdir Allah yang buruk. Dalam setiap detik kehidupan kita tidak akan pernah terlepas dari takdir dan ketentuan Allah, tidak ada manusia yang selamanya akan hidup bahagia atau selamanya hidup menderita, "tilkal ayyamu nudawiluha bainan nas" manusia selalu berada dalam kondisi up and down, jika kita selalu menginginkan berada dalam kenyamanan berarti diri kita masih diliputi hawa nafsu dan kita pasti dikelilingi kekhawatiran.

Bagian yang urgen dalam berpikir positif adalah selalu bersyukur terhadap apa yang kita alami dan kita miliki sekecil apapun, kita senantiasa selalu bersabar dalam menghadapi cobaan dan ujian.

Husnudzan pada diri sendiri, penting kita menyadari bahwa terhadap diri kita sendiri hendaklah berpikir positif, yaitu

percaya diri atas kemampuan yang Allah berikan. Kira ini pasti memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Memiliki keebihan dan kekurangan masing-masing. Segala sesuatu memiliki keistimewaan "likulli syai'un maziyyatun ".

Ketika kita memahami setiap kita memiliki kelebihan dan kekurangan, kita mudah mengakui bahwa kelemahan merupakan bagian dari proses perbaikan diri. Permasalahannya adalah memahami, betapa sulit bagi setiap individu untuk mengakui kelemahan yang ada dalam dirinya.

Berpikir positif selanjutnya adalah, husnudzan pada orang lain. Banyak di antara kita meng under estimate terhadap orang lain, menganggap orang lain di bawah kita. Sungguh ini sikap yang sangat tercela, jangan sekali- kali menganggap orang lain remeh. Karena ini penyakit hati yang paling berbahaya. Karena di sana ada perasaan ujub (bangga), riya (pamer), sum'ah (dikenal) dan takabur (sombong). Padahal kita tahu sifat-sifat itu adalah pakaian Allah swt.

Berprasangka baik bertujun untuk menjaga ukhuwah(persatuan) juga menjaga kesetaraan (egaliter) di antara kita.   Menciptakan persatuan itu tidak mudah, akan tetapi merawat persatuan lebih sulit. Oleh karena itu kita harus mempunyai cara bagaimana memelihara kondusifitas persatuan itu, dengan husnudzan.

Pada era teknologi yang canggih dan cepat ini, media sosial menjadi tool yang sangat mudah untuk menyebar ghibah, fitnah keji, yinyir dan hoax. Perilaku caci maki, kebencian dan sumpah serapah, hari ini sedemikian masif di media sosial, baik berskala lokal, nasional bahkan sudah dikendalikan oleh jaringan internasional. Oleh karena itu, solusi efektif satu-satunya adalah dengan husnudzan(Berpikir positif) dan menjauhi su'udzan(berpikir negatif).

Akhirnya, dengan berpikir positif, mudah-mudahan kita akan lebih mudah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Wallahu a'lam bi showab

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa sohbihi ajma'in

 

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat pagi, salam sehat, solid, speed, smart

Jambi, 7 November 2025

 

Dr. Chazim Maksalina, M.H.

 

 


Pelayanan Prima, Putusan Berkualitas