Strategi dan Sosok Penting dalam Hijrah
Kali ini penulis tertarik menelisik peristiwa besar dalam rentetan sejarah Islam, sebuah peristiwa monumental yaitu hijrah. Tanggal 27 Juni 2025 Masehi, Jum'at kemarin, adalah bertepatan dengan 1 Muharram 1447 Hijriah, yang menandai bergantinya Tahun Baru Islam. Hari itu, secara historis, merupakan tonggak sejarah penting bagi umat Islam. Pada hari itulah Nabi Muhammad saw. melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah, sebagai langkah awal strategis bagi kebangkitan Islam dan umat Islam di dunia.
Akan menarik ketika kita mengetengahkan momen-momen humanity dalam peristiwa hijrah, di mana banyak upaya-upaya Nabi Muhammad saw melibatkan sosok penting, mulai dari perencanaan dan pelaksanaan hijrah yang diawali dari mempersiapkan kendaraan, yang dilakukan oleh Abu Bakar al-Shiddiq r.a, penetapan rute perjalanan yang tidak biasa dilalui dengan panduan seorang non-muslim, persiapan kelangsungan perbekalan yang dilakukan oleh Aisyah r.a dan saudaranya Asma r.a, penugasan informan untuk mengetahui gerak-gerik lawan yang dilaksanakan oleh ‘Amir dan Fuhairah, dan pengelabuan yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib. Dari sisi inilah penulis ingin berbagi kisah dan mengambil hikmah besar dalam peristiwa hijrah tersebut.
Persiapan Abu Bakar r.a
Abu Bakar r.a telah menyiapkan dua ekor unta untuk perjalanan ini selama tiga bulan terakhir. Ia juga menyediakan makanan dan air khusus. Abu Bakar r.a membeli dua ekor unta untuk digunakan dalam perjalanan hijrah. Satu unta disiapkan untuk Nabi Muhammad saw dan satu lagi untuk beliau sendiri.
Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar r.a menyerahkan unta-unta tersebut kepada Abdullah bin Uraiqith, yang dipercaya untuk mengurus dan menuntun unta-unta tersebut. Beliau adalah seorang non-muslim namun sangat dipercaya oleh Nabi dan Abu Bakar. Abdullah bin Uraiqith juga berperan sebagai penunjuk jalan, karena beliau memiliki pengetahuan tentang rute yang akan ditempuh dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar r.a bersembunyi di gua Tsur selama tiga hari untuk menghindari kejaran kaum Quraisy. Abdullah bin Uraiqith membawa unta ke balik gunung tempat gua tersebut.
Rincian Rute yang Tidak Biasa
Rute yang ditempuh Rasul itu adalah setelah keluar dari rumah beliau, jalan yang ditempuh adalah gua Tsur , berjarak sekitar 8 kilometer di selatan Makkah. Sedangkan Madinah berada di sebelah utara Makkah. Langkah ini diambil untuk mengelabui kafir Quraisy. Di gua Tsur ini, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal selama kurang lebih tiga hari.
Dalam peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw, Aisyah r.a dan Asma' binti Abu Bakar memainkan peran penting dalam mempersiapkan dan mendukung perjalanan tersebut. Aisyah r.a, meskipun tidak secara langsung terlibat dalam penyediaan logistik, dikenal sebagai istri yang cerdas, perhatian, dan mendukung Nabi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk persiapan hijrah. Sementara itu, Asma' binti Abu Bakar mendapat julukan Dzatun Nithaqain karena perannya yang krusial dalam menyediakan makanan untuk Nabi dan Abu Bakar saat mereka bersembunyi di gua Tsur. Aisyah r.a memiliki peran dalam menjaga kerahasiaan rencana hijrah Nabi, meskipun ia tidak terlibat langsung dalam proses persiapan logistik.
Peran Asma' binti Abu Bakar
Asma' binti Abu Bakar memainkan peran yang sangat penting dalam menyediakan makanan untuk Nabi dan Abu Bakar selama mereka bersembunyi di gua Tsur. Untuk memastikan bekal makanan aman, Asma' merobek ikat pinggangnya menjadi dua dan menggunakannya untuk mengikat makanan dan juga sebagai sabuk. Tindakan ini membuatnya mendapatkan julukan Dzatun Nithaqain yang berarti "pemilik dua ikat pinggang". Selain menyediakan makanan, Asma' juga berperan dalam menyembunyikan keberadaan Nabi dan Abu Bakar dari pengintaian kaum kafir Quraisy.
Peran Amir dan Fuhairah
Dalam konteks hijrah, 'Amir dan Fuhairah tidak secara langsung ditugaskan untuk memata-matai gerakan lawan. Namun, mereka terlibat dalam berbagai upaya untuk memastikan kelancaran hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, yang bisa dianggap sebagai bentuk pengawasan dan pengumpulan informasi terkait potensi gangguan dari kaum kafir Quraisy. 'Amir bin Fuhairah adalah seorang budak yang dibebaskan oleh Abu Bakar. Ia memiliki peran penting dalam membantu hijrah Nabi. 'Amir bertugas menggembala kambing di sekitar gua Tsur, tempat persembunyian sementara Nabi dan Abu Bakar sebelum melanjutkan perjalanan ke Madinah.
Jejak kaki kambing yang ia tinggalkan diyakini dapat mengaburkan jejak kaki Nabi dan Abu Bakar, sehingga menyulitkan pengejar dari kaum kafir Quraisy. Demikian halnya dengan Fuhairah ia juga seorang budak yang pula dibebaskan oleh Abu Bakar. Ia dikenal karena kesetiaannya pada Nabi dan Islam. Meskipun tidak secara spesifik disebutkan tugasnya dalam memata-matai, perannya dalam membantu hijrah, seperti menggembala kambing, menunjukkan bahwa ia turut serta dalam upaya pengamanan dan pengawasan terhadap situasi di sekitar gua Tsur.
Meskipun tidak secara eksplisit disebut sebagai informan, aktivitas 'Amir dan Fuhairah dalam mengawasi situasi di sekitar gua Tsur, serta upaya mereka untuk mengaburkan jejak, dapat dianggap sebagai bentuk pengumpulan informasi intelijen informal. Mereka memberikan informasi tentang situasi di sekitar gua yang bisa membantu Nabi dan Abu Bakar dalam mengambil keputusan terkait perjalanan.
Strategi Hijrah
Hijrah adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam yang melibatkan berbagai strategi dan upaya untuk memastikan keberhasilan perpindahan Nabi dan para sahabat ke Madinah. 'Amir dan Fuhairah, dengan peran mereka dalam membantu hijrah, turut berkontribusi dalam strategi tersebut.
Dengan demikian, meskipun tidak ada penugasan resmi sebagai informan dalam arti modern, 'Amir dan Fuhairah memainkan peran penting dalam membantu memastikan keamanan dan kelancaran hijrah Nabi dengan cara mengawasi situasi dan mengaburkan jejak, yang pada dasarnya adalah bagian dari upaya pengumpulan informasi dan pengamanan. Bahwa perencanaan dan persiapan yang matang dan strategis itulah sebenarnta kunci keberhasilan suatu program.
Pengelabuan Ali bin Abi Thalib r.a
Salah satu momen paling heroik dalam peristiwa ini adalah pengorbanan Ali bin Abi Thalib r.a yang dengan penuh keberanian mengambil resiko besar demi keselamatan Rasulullah saw. Pada malam yang penuh ketegangan itu, Rasulullah saw meminta Ali bin Abi Thalib r.a untuk tidur di tempat tidurnya dan menyelimuti diri dengan selimut hijau yang biasa beliau gunakan. Hal ini dilakukan agar para pembunuh Quraisy yang mengintai dari luar rumah mengira bahwa Rasulullah saw masih berada di dalam. Tanpa ragu, Ali menerima tugas ini meskipun ia mengetahui ancaman besar yang mengintainya.
Keberanian dan kesetiaan Ali bin Abi Thalib r.a tidak perlu diragukan lagi. Ia bersedia mempertaruhkan nyawanya demi Rasulullah saw. Dengan hati yang teguh dan penuh keimanan, Ali tidur di tempat tidur Rasulullah saw, sementara beliau sendiri diam-diam meninggalkan rumah menuju Gua Tsur bersama sahabat setianya, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.
Ketika kaum Quraisy menerobos masuk ke rumah Rasulullah saw, mereka terkejut mendapati bahwa orang yang tidur di tempat beliau bukanlah Muhammad saw, melainkan Ali bin Abi Thalib r.a. Kaum Quraisy pun marah dan merasa tertipu. Mereka lantas bertanya di mana Rasulullah saw berada, namun Ali tetap tenang dan tidak mengungkapkan keberadaannya.
Laba-laba dan Burung Merpati
Pencarian kaum Quraisy telah sampai di sekitar Gua Tsur. Mereka yakin, Nabi belum jauh dan jika bersembunyi maka akan berada di guna ini. Mereka pun berkeliling di sekitar gua dan hendak masuk. Namun, pertolongan Allah SWT telah terjadi sebelumnya. Seekor laba-laba, jauh sebelum balatentara tiba, telah membuat sarang di mulut gua. Lantas, atas kuasa Allah, sepasang burung dengan ranting-ranting pohon. Merpati kemudian bertelur dan langsung mengerami persis di mulut gua.
Setelah mereka melihat di mulut gua itu terdapat sarang laba-laba dan di sampingnya ada dua ekor burung dara sedang mengerami mereka mengurungkan niatnya untuk memeriksa ke dalam gua. Yang menarik adalah pandangan seorang filosof Frederich Nietze yang mengatakan bahwa dua burung merpati yang mengerami telur dan adanya sarang laba-laba adalah dua hal yang paling rasional dari peristiwa nubuwah yang bermuara manusia berkesimpulan, bahwa tidak mungkin di dalam gua itu ada manusia yang bersembunyi di dalamnya.
Wallahu a'lam bi showab
Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa sohbihi ajma'in
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi, salam sehat, solid, speed, smart
Jambi, 1 Juli 2025
Dr. Chazim Maksalina, M.H.
Pelayanan Prima, Putusan Berkualitas