Wahyu Widiana

Sosok Wahyu Widiana sudah melekat bagi peradilan agama, dan hampir semua Hakim dan pegawai PTA dan PA seluruh Indonesia mengenal beliau. Selain penampilannya low profile, juga beliau ramah dan murah senyum. Dan satu hal yang menonjol dari beliau adalah kemampuannya dalam bidang teknologi informasi. Tak mengherankan, ketika Wahyu Widiana menjabat Dirjen Badan Peradilan Agama, banyak PTA dan PA mendapat penghargaan tentang teknologi informasi.

Hari Rabu (18/11), Wahyu Widiana hadir di PTA Jambi. Kehadirannya kali ini bukan lagi sebagai Dirjen Badilag – karena beliau pensiun tahun 2012 – tapi kapasitasnya sebagai Ketua Umum BP-4 Pusat. Dirinya akan menyaksikan kerjasama PTA Jambi dengan BP-4 Provinsi Jambi tentang penjaringan mediator yang akan dilaksanakan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jambi, Kamis (19/11).

Begitulah, Wahyu Widiana dan istri diundang Ketua PTA Jambi Dr. Drs. H. Djajusman MS, SH., MH., M.MPd makan malam di aula PTA Jambi. Dalam kesempatan yang dihadiri Hakim Tinggi, mantan Wakil Gubernur Jambi Fachrori Umar dan Dharmayukti Karini tersebut, Wahyu Widiana kembali memperbincangkan peradilan agama. Menurutnya, peradilan agama sekarang ini sudah maju dan modern, sekalipun harus tetap dilakukan pembinaan secara berkelanjutan supaya lebih baik lagi.

“Karena tiga hal ini, peradilan agama tersohor sampai ke luar negeri,” ungkapnya menginformasikan. Mantan Dirjen Badilag ini, lalu menjelaskan ketiga hal tersebut, yaitu teknologi informasi, transparansi dan justice for the poor.

Berbicara mengenai teknologi informasi, lanjut Wahyu Widiana, peradilan agama sudah maju. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aplikasi yang dikembangkan dan digunakan sekarang ini. Beliau mencontohkan aplikasi yang digunakan di PA Malang dalam merekam kegiatan persidangan yang disebut Audio to Text Recording (ATR).

Secara umum, cara kerja ATR ini begitu mudah dan sederhana. Sistem atau aplikasi ini hanya perlu koneksi internet sebagai medianya. Fitur-fitur yang ada dalam ATR antara lain tediri dari fitur rekaman aktif dan juga fitur transkrip rekaman. Fitur rekaman aktif digunakan ketika proses persidangan berlangsung dimana dialog antar pihak (hakim, penggugat, tergugat, saksi atau lainnya) bisa secara langsung (real time) diubah dari dialog (percakapan) menjadi teks atau tulisan. Lalu, hasil dari teks atau tulisan pada proses rekaman tersebut bisa dilihat di fitur transkrip rekaman.

“Dengan aplikasi ATR, PA Kabupaten Malang menjadi juara I dalam lomba inovasi pelayanan publik peradilan,” urainya memuji.

Sedangkan untuk transparansi, Wahyu Widiana menyebut bahwa peradilan agama sangat mudah diakses melalui website pengadilan. Ia membaca berita yang tampil di website PTA Jambi sangat banyak dan beragam. “Saya baca berita di website, Ketua PTA Jambi dapat pengamanan dari Polisi,” ujarnya mencontohkan. Sementara itu, untuk program justice for the poor, telah hampir merata dilaksanakan Pengadilan Agama melalui sidang keliling.

“Karena keberhasilan ketiga program ini, saya mendapat pujian di Australia,” ujar Wahyu Widiana yang menjabat sebagai Konsultan AIJP yang kegiatannya didanai oleh Pemerintah Australia melalui AusAID. (AHP)