Hubbu Dunya Renungan untuk Jum'at Mulia

GEDUNG PTA OK

  

Cinta dunia (hubbud-dunya) adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Betapa kita dari menit, jam, hari ke hari dan setiap waktu sepanjang masa selalu berkeinginan menambah perbendaharaan dunia dan kekayaan. Entah itu emas, alat transportasi, property, tanah, sawah dan kebun semua itu menunjukkan betapa cintanya manusia pada dunia.

Benang merah dari kecenderungan ini adalah bahaya cinta dunia yang akan merusak dirinya sendiri dan orang lain. Dengan perilakunya ini menyebabkan hak-hak orang terampas oleh manusia serakah, pengidap penyakit cinta dunia.

Cinta dunia mengakibatkan sifat rakus, tamak, bangga dan angkuh, pamer terhadap yang dimiliki. Orang yang cinta dunia akan sibuk mengurus hartanya dan terus berusaha untuk menambahnya, hingga membuatnya lalai dari zikir kepada Tuhan.

Rasulullah SAW melalui sabdanya pernah memperingatkan, "Cinta kepada dunia adalah pangkal semua kesalahan." (HR Baihaqi dari Imam Hasan al-Bashri)

Perihal hubbu dunya Nabi SAW juga sangat mengkhawatirkannya jika sifat ini ada pada umatnya. Beliau SAW bersabda:

"Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku khawatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur." (HR Bukhari dan Muslim)

Rasul SAW berbicara mengenai sifat cinta dunia ini. Tsauban berkata bahwa beliau SAW bersabda, "Hampir saja para umat mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring".

Kemudian seseorang bertanya,"Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?" Rasul SAW berkata, "Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai buih yang dibawa oleh air (laut). Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian Wahn. Lalu seseorang bertanya kembali, "Apa itu ' wahn? Beliau SAW menjawab "Cinta dunia dan takut mati." (HR Abu Dawud dan Ahmad)

Sayyidina Ali bin Abu Thalib radhiyallahu anhu pernah berujar dalam khotbahnya, Dunia ini ibarat ladang tempat makan orang baik dan orang jahat. Imam Al Ghazali menyebutkan di dalam Ihya'u Ulumuddin bahwa ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang keburukan dunia sangat banyak. Dan kebanyakan ayat-ayat Al Qur’an memuat mengenai keburukan (fitnah) dunia dan anjuran untuk memalingkan makhluk dari dunia serta mengajak kepada akhirat.

Selanjutnya hujjatul Islam Imam Al Ghazali menukil sebuah hadis di dalam kitab Ihya’ Ulumiddin dalam bab fitnah dunia yang berbunyi,

“Sesungguhnya Allah tidak menciptakan makhluk yang lebih dibenci daripada dunia. Dan sesungguhnya Allah tidak pernah melihat kepada dunia sejak Dia menciptakannya.” (HR. Ibnu Abi Dunya dan Baihaqi).

Setelah melihat berbagai celaan kepada dunia yang banyak tersebar di Al-Quran dan Hadis Nabi tersebut, apakah itu artinya kita dilarang untuk menikmati dunia? Tentu bukan demikian maksudnya.

Syeikh Abdul Wahhab As Sya’roni di dalam kitabnya mengatakan hendaknya kita meniru akhlak para salafu saleh dalam menyikapi dunia. Disebutkan oleh Imam Sya’roni bagaimana salafu saleh menyikapi dunia; “Melihat kepada dunia dengan pandangan pertimbangan (untuk diambil pelajaran) bukan dengan pandangan cinta dan berkeinginan memiliki kepada dunia. Seperti yang dilakukan oleh mayoritas salafu soleh radiyallahu anhum” (Syekh Abdul Wahhab As Sya’roni, Tanbihul Mughtarin hal. 65, cet. Darul Kutub Islamiyyah Jakarta).

Walhasil orang beriman telah diingatkan berkali-kali di dalam Al Qur’an bahwa  dunia adalah kesenangan yang menipu (QS. Al Hadid : 20). Maka mewaspadai tipuannya adalah sebuah keniscayaan.

Selanjutnya Imam Al Ghazali di dalam Ihya’ Ulumuddin juga menukil wasiat dari Ruhullah Nabi Isa alaihis salam yang berbunyi,

“Jangan kalian menjadikan dunia sebagai Tuhan, maka dunia akan menjadikan kalian sebagai hamba.”

Barangsiapa yang menjadi hamba dunia maka dunia akan menghancurkannya sehancur-hancurnya baik secara cepat atau lambat. Dan itu yang kini sedang terjadi di belahan dunia manapun di akhir zaman ini.

Lihat bagaimana para koruptor dan penguasa zalim. Kehancuran hidup mereka pasti akan datang, dan jika masih bisa lepas dari jerat dunia, pasti pengadilan akhirat menanti.

Sebagai penutup, penulis ingin mengutip wasiat dari Nabi Isa ibnu Maryam alaihis salam yang bisa menjadi pegangan bagi orang beriman dalam menyikapi dunia. Beliau berkata, “Tidak (mungkin) akur cinta dunia dan akhirat pada diri seorang mukmin seperti tidak akan bisa akur air dan api di dalam satu wadah.” 

Wallahu a'lam bi showab

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa sohbihi ajma'in

 

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat pagi, salam sehat, solid, speed, smart

Jambi, 21 Nopember 2025

 

Dr. Chazim Maksalina, M.H.