Tanda Titik Huruf Arab

Jika kita menerima Al-Qur’an yang benar-benar asli , dijamin pasti kita tidak akan mampu membacanya. Lihatlah tulisan Al-Qur’an asli, tidak ada tanda titik dan tidak ada syakal atau harakat , apalagi penjelasan tajwid.
Ketika Islam mulai berkembang dan banyak orang memeluk Islam, maka ada kekhawatiran mereka tidak akan mampu membaca Al-Qur’an dengan benar. Tentu akan sangat memengaruhi pengertian-pengertian yang ada dalam Al-Qur’an.
Agar Al-Qur’an dapat dibaca dengan benar dan pengertian-pengertiannya dapat dipahami dengan baik, ulama melakukan ijtihad menciptakan tanda titik, tanda baca (syakal- harakat) ilmu nahwu , ilmu balaghah ( mantiq, ma'ani, badi' ) dan ilmu tajwid.
Tahukah kita bahwa pada awalnya huruf Hijaiyah atau huruf alfabet Arab tidak mengenal titik, sehingga huruf fa sama dengan huruf qof. Huruf ba sama dengan huruf, ta, tsa, dan nun demikian halnya dengan huruf dal , dzal, ra za dan seterusnya.
Lalu kenapa kini huruf-huruf Hijaiyah atau huruf Arab menggunakan titik, ada yang di bawah dan ada yang di atas, ada yang titik satu, ada yang titik dua dan ada yang titik tiga?
Ada yang melatarbelakangi penggunaan tanda titik ini, dimulai ketika pada suatu hari Kholifah Umar bin Khattab mengirimkan utusannya ke gubernur di Baghdad. Utusan itu dibekali surat yang tertulis اقبله (aqbilhu) akan tetapi huruf qof dan ba tidak ada tanda titik, aqbilhu itu sendiri artinya terimalah dia.
Oleh gubernur, surat itu dibaca dengan keliru karena tidak ada titik, lalu dibaca dengan اقتله ( uqtulhu ) yang artinya bunuhlah dia.
Gubernur ragu-ragu untuk melaksanakan perintah itu karena setelah dilihat dari penampilannya, orang itu sopan, jujur, dan tidak berdosa. Maka, gubernur cepat-cepat mengirimkan utusannya untuk menanyakan maksud sebenarnya.
Mari kita coba perhatikan tulisan اقبله ( aqbilhu- terimalah dia) dan اقثله, ( uqtulhu- bunuhlah dia), jika huruf-huruf itu tidak diberi titik, sulit untuk membacanya, jika tidak dikaitkan dengan kalimat sebelumnya.
Oleh Kholifah Umar bin Khattab dibacanya surat gubernur itu : " Wahai Amirul Mu'minin, saya bimbang, mengapa Amirul Mu'minin menyuruh saya untuk membunuh seorang utusan yang kelihatannya tidak punya dosa dan dapat dipercaya ".
Umar bin Khattab terperanjat. Untung perintah itu tidak segera dilaksanakan oleh gubernur. Kalau tidak, bisa-bisa Umar bin Khattab ikut menanggung dosa atas dibunuhnya orang yang tidak bersalah itu.
Maka, Umar bin Khattab segera membalas surat gubernur tersebut yang menjelaskan : " Aku menyuruh menerima utusan pribadiku itu dengan baik. Sama sekali aku tidak menyuruhmu untuk membunuhnya ".
Sejak saat itu diadakanlah rembugan mengenai kejadian yang nyaris membuat nyawa seseorang melayang, hanya gara-gara salah membaca tulisan.
Dalam keputusannya, Kholifah Umar bin Khattab berusaha untuk membedakan huruf yang bentuknya hampir sama.
Peristiwa tersebut mengilhami para sahabat dan baru tahun 69 H seorang bernama Abu Aswad Ad Duali pertama kali memperkenalkan tanda titik untuk membedakan huruf yang sama seperti ba, ta, tsa dan nun demikian pula jim, ha, kha dan seterusnya.
Pilihannya jatuh untuk membubuhkan tanda titik yang berbeda-beda jumlahnya.
"Itulah awal mulanya tiga titik di atas huruf tsa, dua titik di atas huruf ta, satu titik di atas huruf nun, dan satu titik di bawah huruf ba. Sedangkan fa diberi tanda satu titik dan qof dua titik.".
Sungguh amat beruntung kita sebagai orang ajam (bukan asli arab) yang dapat mempelajari huruf hijaiyah dengan baik dan benar. Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam bi showab
Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa sohbihi ajma'in
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi, salam sehat, solid, speed, smart
Jambi, 17 November 2025
Dr. Chazim Maksalina, M.H.
