Jambi – Jakarta

Untuk kesekian kalinya dalam tugas kedinasan, penulis harus bolak balik Jambi - Jakarta. Ada beberapa maskapai yang melayani penerbangan Jambi - Jakarta. Kali ini tim memilih penerbangan perdana dari Jambi dengan pesawat Batik. Boarding di tiket jam 05.30, berarti habis subuh saya harus segera bergegas menuju bandara. Sekitar 10-15 menit dari rumah dinas di The Hok sampai bandara Sultan Thaha. Penulis meluncur sekitar jan 05.10 menit, tiba di bandara disambut dengan pengumuman penumpang Batik dengan nomor penerbangan nomor sekian segera diperkirakan naik pesawat. It takes time one hour ten minutes to Jakarta from Jambi demikian pilot meng- ennounce ke penumpang setelah kami duduk beberapa saat di pesawat.
Dengan keramahan khas, crew pesawat mempersilakan penumpang untuk menempati tempat duduk sesuai dengan nomor kursi.
Mendapat kursi nomor 22 A, cukup menyenangkan karena berada di jendela meskipun agak di belakang. Tepat jam 06.04 roda pesawat tinggal landas bumi dan tampak dari jendela pesawat suasana pagi kota Jambi tampak karena memang langit Jambi sudah mendapat cahaya natahari pagi.
Di sinilah pikiran menerawang, hati merunduk dan perasaan menghayati betapa kebesaran, kekuasaan dan kasih sayang Tuhan terlimpahkan untuk makhluknya (baca manusia).
Sepanjang penerbangan aku pasrahkan jiwa raga ini yang berada dalam genggaman Tuhan. Seperti dalam doa yang setiap hari kita baca. "Allah Maha Besar yang sebesar-besarnya, segala puja dan puji sebanyak-banyaknya hanya milik Allah dan Maha Suci Allah di pagi maupun sore, aku hadapkan wajahku hanya kepada dzat yang menciptakan langit dan bumi, dengan penuh kepatuhan dan penuh berserah diri (jadikan) aku bukan termasuk orang-orang yang menyekutukanMu, sungguh sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata hanya milik Allah yang mengatur seluruh alam. Tidak ada satupun sekutu bagiNYA, dan yang demikian aku diperintahkan dan semoga aku termasuk golongan orang yang berserah diri".
Tiba-tiba sekujur tubuhku terasa ngilu dan lemas, aku tak punya daya apa-apa dan tak memiliki kekuatan apa-apa di hadapan kekuasaan yang Maha Esa, betapa ruang angkasa langit yang di mata kita seperti tak terbatas adalah bagian karunia yang dianugerahkan kepada hambaNYA.
Kita makhluk yang sangat lemah, tetapi dengan akal yang dimilikinya kita bisa menjadi sombong dan congkak, seakan-akan segala yang di dunia bisa ditundukkan. Apa lagi dalam diri kita masih diliputi dan dikuasai bermacam nafsu ( amarah, lawwamah, sabu'iyah, syaithoniyah ).
Jika kita menilik diri kita ternyata teramat banyak dosa dan kesalahan kita terhadap Tuhan, kita ternyata tergolong orang dzalim, kufur terhadap nikmat dan selalu dalam ketergesa-gesaan.
Oleh karena itu hanya dengan "minta ampun" ( istighfar ) terus menerus tanpa jeda, Tuhan akan menerima ketaatan dan kepasrahan kita dan mudah-mudah memberi maghfirah ampunan kepada kita.
Tidak ada yang pantas dan layak segala perbuatan diatasnamakan pada diri kita, semua berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya.
Dalam setiap perjalanan, kita harus senantiasa memasrahkan diri kita sepenuhnya kepada dzat maha mengatur alam semesta ini dan sekali lagi kita tidak memiliki daya apa-apa.
Akhirnya sebagai umat nabi akhir zaman, sudah seharusnya kita perbanyak dengan sholawat, "semoga Allah melimpahkan rahmat dan salam kepada penghulu kita nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya".
Tanpa terasa satu jam di atas pesawat, tepat jam 07.15 menit pesawat landing dengan mulus di bandara Cengkareng dengan selamat.
Wallahu a'lam bi showab
Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa sohbihi wa sallim ajma'in
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi, salam sehat, solid, speed, smart
Jakarta, 12 November 2025
Dr. Chazim Maksalina, M.H.
