Info Delegasi
Pengadilan Tinggi
Logo Pengadilan Tinggi Agama Jambi

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Pengadilan Tinggi Agama Jambi

Jl. KH. Agus Salim, Kota Baru - Jambi

Telp. 0741-40131, Fax. 0741-445293, Email : ptajambi@yahoo.com

Logo Artikel

7278 MENGHARGAI PERBEDAAN

Menghargai Perbedaan

GEDUNG PTA OK

  

Klaim post modernisme adalah menghargai perbedaan, bahkan akhirnya hidup adalah perbedaan, hidup adalah membedakan diri terus menerus self differentiation prosesnya terus menerus demikian kata seorang filsuf.

Oleh karena itu perbedaan merupakan keniscayaan yang dikehendaki oleh Allah swt di muka bumi ini. Kitab suci Al Qur'an pun mengakui perbedaan dan menganjurkan manusia menyikapinya dengan bijak. 

Islam sarat dengan warna-warni perbedaan dan mengajarkan umatnya agar semua perbedaan yang ada disikapi secara damai, bukan dengan konflik, yakni dengan membangun kehidupan berlandaskan semangat kebersamaan dan saling menghormati (toleransi) antar sesama.

Istilah toleransi atau al tasamuh tidak ditemukan secara eksplisit dalam Al-Quran. Meski demikian, ada ratusan ayat yang mengajarkan prinsip-prinsip toleransi, termasuk menghormati dan menghargai perbedaan pendapat.

Surah Al-Hujurat ayat 13 mengajarkan toleransi dan menghargai perbedaan, Yaa ayyuhan-naasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wa untsa wa ja'alnaakum syu'ụban wa qaba`ila lita'arafu, inna akramakum 'indallaahi atqaakum, innallaaha 'aliimun khabiir.

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti,” (QS. Al-Hujurat 49: 13).

Umat manusia diciptakan Allah swt dengan banyak perbedaan, mulai ras, agama, budaya, suku, bahasa, hingga warna kulit.

Dalam pandangan manusia yang mau belajar dan memahami, perbedaan adalah kehendak Allah yang keberadaannya menjadi rahmat dan anugerah. Namun, perbedaan dijadikan sumber konflik oleh mereka yang tidak mampu mengambil ibrah dari ketetapan Allah, yaitu realitas kehidupan yang tidak mungkin bisa berjalan tanpa adanya kebinekaan.

Hanya orang-orang yang terus belajar dan merefleksikan pikirannya yang akan mampu membuka tabir rahasia di balik kehendak Allah menciptakan perbedaan. Semakin tinggi tingkat perenungan seseorang, maka semakin bijaksana mengambil ibarat dan hikmah dari perbedaan yang ada.

Rasulullah saw pernah bersabda sebagai berikut:

“Telah menceritakan kepada kami Waqi, dari Abu Hilal, dari Bakar, dari Abu Dzar Al-Ghifari yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi saw pernah bersabda kepadanya: " Perhatikanlah, sesungguhnya kebaikanmu bukan karena kamu dari kulit merah dan tidak pula dari kulit hitam, melainkan kamu beroleh keutamaan karena takwa kepada Allah swt" (HR. Ahmad).

Perbedaan penciptaan tidak dimaksudkan untuk menjadi sumber konflik bagi manusia. Allah menciptakan seluruh makhluknya berbeda-beda agar manusia saling mengenal dan merenungi makna indahnya perdamaian dalam perbedaan.

Hanya perbedaan dalam semangat perdamaian yang bisa membawa manusia menjadi makhluk yang berperadaban mulia dan adiluhung.

Di dalam hidup yang penuh perbedaan ini, kita hendaknya menjadi pribadi yang pandai menilai diri, tidak gampang merasa paling benar baik dalam pemikiran maupun perilaku. Banyak orang acap kali terjebak dalam pendirian yang keliru, menganggap pemikiran dan pendapat orang lain sepenuhnya salah dan hanya pendapat pribadinya yang paling benar. Tentu saja sikap semacam itu bisa menimbulkan konflik di tengah keberagaman.

Dalam konteks itu, Imam Syafi'i salah satu mujtahid besar yang diikuti mayoritas muslim Indonesia, berkata:

Ra'yii showwabun yahtamilu al khatha'a, wa ra'yu ghairii khatha'un yahtamilu asshowwaba, artinya:

“Pendapatku benar namun bisa mengandung kesalahan, pendapat orang lain salah namun bisa mengandung kebenaran".

Perkataan ini mengajarkan kita untuk terbuka terhadap perbedaan dan selalu mempertimbangkan kemungkinan kesalahan dalam pandangan kita sendiri.

Ujaran ini juga merupakan sikap dan pemikiran yang amat mendalam, karena ia tidak memonopoli kebenaran pendapat pribadinya. Imam Syafi’i telah memberi ruang terhadap pendapat yang berbeda dan menghargai perbedaan itu sendiri. Pernyataan Imam Syafi’i memberi pelajaran agar kita meletakkan hasil pencapaian orang lain setara dengan semangat saling melengkapi, bukan kontestasi. Melalui pemikiran seperti itu perbedaan akan menjadi rahmat yang mendamaikan, bukan menjadi konflik yang memecah-belah.

Marilah kita hayati segala perbedaan yang ada di muka bumi ini. Janganlah menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk konflik atau bertindak kekerasan atas nama apa pun terhadap orang lain. Sebagai umat yang beragama, hendaknya kita lebih memilih hidup damai dalam keragaman, daripada memilih konflik karena perbedaan.

Wallahu a'lam bi showab

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa sohbihi ajma'in

 

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat pagi, salam sehat, solid, speed, smart

Jambi, 3 November 2025

 

Dr. Chazim Maksalina, M.H.

 

 

 


Pelayanan Prima, Putusan Berkualitas