Gelar Wayang

PERADILAN AGAMA

 

Untuk keempat kali beruntun gelar wayang semalam suntuk diselenggarakkan Mahkamah Agung RI. Demikian pula dalam rangka peringatan HUT MA RI ke 80, kembali gelar wayang tersebut diadakan di pelataran sisi barat gedung MA Jum'at malam 22 Agustus 2025 sampai pagi hari.

Dalam sambutannya, Ketua MA menyampaikan, bahwa wayang merupakan warisan budaya luhur bangsa yang sarat makna filosofi dalam peri kehidupan, untuk itu wayang harus dilestarikan.

Selain keharusan untuk melestarikan wayang, hendaknya kita bisa mengambil pelajaran dari pagelaran wayang semalam suntuk tersebut. Dengan kata lain, selain sebagai tontonan hendaknya menjadi tuntunan demikian yang disampaikan Ketua MA dalam sambutannya.

Sedikit menyinggung makna lakon gelar wayang kemarin malam, Ketua MA menyampaikan bahwa inti makna "Banjaran Kokrosono" adalah pada intinya kita bisa menjadi pemimpin melalui tempaan yang kuat, dalam bahasa agama yang jadi pimpinan apapun harus mempersiapkan dengan sungguh-sungguh dan menyadari di sana ada kekuasaan yang menentukan bukan murni dari kekuatan kita tapi karena semata-mata kuasa dan kehendak ilahi.

Wayang tidak sekadar bayangan dalam layar, melainkan juga bayangan kehidupan, wajah manusia, dan fragmen dari berbagai peristiwa. Wayang berasal dari bahasa Jawa kuno yakni hamayang yang berarti bayang-bayang. Pada 7 November 2003, wayang diakui UNESCO sebagai  a masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity atau adikarya warisan budaya lisan dan tak benda manusia.

Kembali ke lakon banjaran Kokrosono, lakon bsnjaran maknanya lakon yang mengusahkan dan menggambarkan tokoh yang bernama raden Kokrosono sejak kelahiran sampai akhir hidupnya. Ia adalah satria  yang bersih lahir batin, cerdas dan tahan godaan, berbudi luhur, dan kepekaan sosial tinggi. Penulis tidak mengulas panjang lebar bagaimana perjalanan sepak terbang sosok satria ini. Karena itu wilayah kewenangan ki dalang tentunya. Kokrosono atau prabu Baladewa adalah kakak prabu Kresna anak prabu Basudewa. Jika kita tilik dari kisah cerita pewayangan sungguh sangat banyak hikmah yang dapat kita petik untuk dijadikan pelajaran hidup dan melatih rasa dalam diri kita.

Gelar wayang semalam suntuk diikuti peradilan tingkat banding maupun tingkat pertama melalui live streaming you tube dari MA. Keluarga besar PTA Jambi tidak ketinggalan ikut berpartisipasi nonton bareng gelar wayang semalam suntuk tersebut. Semoga kita tetap konsisten meneladani filosofi dalam lakon-lakon pewayangan, karena dari sana banyak bisa kita pelajaran hidup dan tentu mengandung manfaat banyak.

Wallahu a'lam bi showab

Wallahu a'lam bi showab

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa sohbihi ajma'in

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat pagi, salam sehat, solid, speed, smart

Jambi, 25 Agustus 2025

 

Dr. Chazim Maksalina, M.H.