Empat Golongan Ini Yang Dibahas Pada Bina Mental PTA Jambi (01/02/)

sutoyo

Ada empat golongan type manusia di dunia ini, dan hanya satu golongan yang akan bahagia dunia dan akhirat. Hal tersebut diuraikan Drs. Sutoyo Hs, SH., MH. dalam tausiyahnya pada kegiatan bina mental, Senin (01/02) di PTA Jambi. Dijelaskan lebih lanjut oleh Hakim Tinggi yang berasal dari Yogyakarta ini, bahwa type pertama adalah manusia yang hidupnya bahagia di dunia saja.

Mereka adalah yang bergelimang dengan harta kekayaan yang banyak, tapi mereka lalai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang makhluk. “Hidupnya hanya digunakan untuk berfoya-foya, bahkan untuk mengerjakan yang haram dan berdosa seperti narkoba,” urainya yang mendapat respon dari jama’ah dengan mengucapkan kalimat naudzubillah.

Sedangkan type yang kedua adalah mereka yang hidupnya miskin dan juga tidak melaksanakan ibadah. “Sudah miskin, sombong lagi,” tuturnya mencontohkan. Mereka ini, urai Sutoyo menambahkan, sebenarnya lebih celaka dari pada Iblis. Sebab, katanya memberikan alasan, Iblis itu pada mulanya beribadah kepada Tuhan, tapi kemudian Iblis memilih durhaka kepada Allah Swt dari pada sujud kepada Nabi Adam. “Pada mulanya Iblis tinggal di syurga,” tandas Sutoyo menjelaskan.

Untuk type ketiga adalah mereka yang sengsara di dunia karena miskin, tapi sabar dengan kemiskinannya dan beribadah kepada Allah Swt. Menurut Sutoyo, banyak penduduk Indonesia yang hidupnya di bawah garis kemiskinan. Namun demikian, banyak di antara mereka yang menjadi ahli ibadah. “Sekalipun hidupnya miskin, tapi taat kepada Allah, dan dia bersabar serta tawakkal, berusaha dan berdoa,” imbuhnya.

Dan yang yang terakhir, atau type keempat adalah mereka yang hidupnya berkecukupan dan taat melaksanakan ibadah. Disebutkan oleh Sutoyo, bahwa sesungguhnya harta yang diperoleh apapun bentuknya, sejatinya harus digunakan untuk sarana beribadah sebagai ungkapan syukur kepada-Nya. Sutoyo mencontohkan, PNS atau aparatur sipil negara, apapun jabatannya termasuk dalam kehidupan yang cukup, oleh karena itu sudah sepatutnya selalu melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya.

“Gaji pegawai dianggap memadai, apalagi gaji Hakim Tinggi, oleh karena itu banyak-banyaklah bersyukur dan beribadah kepada-Nya,” urainya sambil menutup tausiyahnya. (AHP)