Ramadhan Ke 13 Man shama Ramadhana iymanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbih

 

 iman

Jambi – Pengadilan Agama Jambi dihari Kamis 8 Juni 2017 mengadakan Tausyiah Ramadhan bertempat di Musholla. Dalam hal ini penceramah Bapak Drs. H. Nizamuddin, S.H menyampaikan SETIDAKNYA ada tiga subjek yang harus diperhatikan dalam amalan di bulan Ramadhan dalam upaya memperoleh ampunan dan gelar muttaqin dari Allah SWT. Pertama, memosisikan puasa Ramadhan sebagai perintah Allah yang wajib dilaksanakan; Kedua, memosisikan diri sebagai orang yang mencari ampunan Allah dalam bulan Ramadhan serta beramal dengan ikhlas dan sunggu-sungguh; Ketiga, wajib membersihkan diri dengan membayar zakat fitrah dalam bulan Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan kebenaran.

Rasulullah saw bersabda: “Man shama Ramadhana iymanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbih (Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ampunan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya di masa lalu).” (HR. Bukhari). Dalam hadis lain dengan perawi yang sama, Rasulullah saw bersabda: “Man qama Ramadhana iymanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbih. (Barangsiapa yang menghidupkan bulan suci Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ampunan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya di masa lalu).” (HR. Bukhari).

Untuk itu, setiap muslim mestilah ia berpuasa secara penuh sesuai dengan ketentuan fikih yang dilandasi dengan keimanan yang teguh dan tinggi, menghidupkan Ramadhan dengan berbagai amalan sunat siang dan malam, seraya meninggalkan amalan-amalan terlarang dalam Islam. Ampunan Allah tersebut terfokuskan di bulan Ramadhan pada malam lailatul qadar yang Allah nyatakan lebih baik dari seribu bulan (khairum min alfi syahrin). Barangsiapa yang sempat bermohon dan beribadah pada malam tersebut akan diampuni dosa-dosanya di masa lalu (man qama lailatul qadri imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbih).

Oleh karenanya, siapa saja yang menginginkan ampunan Allah di bulan Ramadhan, mestilah minimal berpuasa penuh sebulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan ampunan Allah, menghidupkan puasa Ramadhan dengan berbagai amalan-amalan sunat, dan berusaha keras untuk dapat beribadah dan memohonkan ampunan Allah pada malam lailatul qadar. Semua itu baru didapati seseorang apabila ia komit dengan berpuasa penuh sebulan Ramadhan, ia sibuk menghidupkan Ramadhan dengan amalan-amalan tambahan dan berupaya keras untuk dapat beribadah di malam lailatul qadar.

Allah telah memberikan harapan kepada hambanya untuk menjadi orang-orang yang bertakwa (muttaqin) sesuai dengan firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 183). Dalam ayat tersebut Allah hanya memberi harapan saja kepada para hamba-Nya untuk menjadi muttaqin dan tidak ada muttaqin secara otomatis. Artinya, kita mestilah berupaya sekuat tenaga dengan berbagai kegiatan ibadahnya khususnya dalam bulan Ramadhan untuk memperoleh gelar muttaqin tersebut. Tidak seorang pun akan mendapat cuma-cuma gelar tersebut, tanpa usaha keras melalui ibadah di bulan Ramadhan ini.

Mengakhiri tausiah ini, kita kutip satu hadis Nabi saw: “Ada satu pintu di syurga bernama Ar-Rayyan, barangsiapa yang berpuasa dengan menghidupkan puasanya dengan penuh keimanan, maka ia akan masuk ke syurga melalui pintu tersebut. Tidak ada seorang lain pun yang masuk melalui pintu tersebut, melainkan orang yang benar-benar berpuasa. Setelah habis masuk orang-orang berpuasa, maka pintu tersebut pun tertutup rapat.” (HR. Bukhari). Dion/Jurdilaga PA Jambi